Senyuman kehidupan

Jumat, Agustus 21, 2009

Menyambut Ramadlan 1430 H

Menyambut Ramadlan 1430 H
Imam Mawardi

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (2:183)


Ramadlan merupakan sebuah bulan yang agung, penuh barokah, ladang amal dan masih banyak lagi julukan yang disandarkan pada bulan ini. Setiap apa yang kita lakukan yang mengandung nilai kebaikan dan kemanfaatan akan dilipatgandakan pahalanya, baik pahala di akhirat kelak maupun keberkahan dalam hidup di dunia saat ini. Pada bulan ini diwajibkan bagi umat Islam untuk melaksanakan ibadah puasa, dalam rangka untuk membentuk jiwa keagamaan dan sarana pendidikan meningkatkan kualitas diri menjadi hamba yang bertakwa.

Takwa merupakan tujuan tertinggi dari ibadah puasa. Menurut cak Nur, “Takwa adalah kesejajaran “iman” dan “tali hubungan dengan Allah”, jadi merupakan dimensi vertikal hidup yang benar. Sebab dari semua ibadah, puasa ibadat yang paling pribadi, tanpa kemungkinan bagi orang lain untuk dapat sepenuhnya melihat, mengetahui dan apalagi menilai. Sebuah hadits Qudsi menerangkan firman Allah, ‘Puasa adalah untuk-Ku, dan Akulah yang menanggung pahalanya”. Maksudnya pada dasarnya tidak ada yang tahu bahwa seseorang berpuasa selain Allah (dan dirinya sendiri). Allahlah yang bisa menentukan kualitas puasa seseorang dan Allah pulalah yang memberi pahala setiap hasil ibadah puasa seseorang.

Berbagai amalan wajib dan sunnah menjadi ladang amal yang mengisi bulan Ramadlan, antara lain di samping ibadah syaum (puasa) itu sendiri yang diwajibkan yaitu dengan menahan makan dan minum dan hal-hal yang membatalkan puasa sejak fajar shodiq hingga terbenamnya matahari yang ditandai dengan datangnya waktu manghrib. Ibadah sunnah yang mengiringi ibadah syaum termasuk menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur, shalat tarawih, tadarus Al-Qur’an dan masih banyak lagi amalan sunnah lainnya. Pada bulan ini juga umat Islam diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah bagi yang mampu sebagai bentuk ibadah sosial dalam rangka penyucian diri untuk menyempurnakan ibadah puasa.

Pada bulan Ramadlan ini juga Al-Qur’an yang menjadi pedoman utama umat Islam diturunkan (Nuzulul Qur’an), yang diperingati setiap tanggal 17 Ramadlan. Dan di sepuluh hari terakhir umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak iktikaf dan ibadah-ibadah yang lain untuk mendapatkan kesempatan menemukan malam Laitalul Qodar, yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan, sebagaimana digambarkan Allah swt dalam surat Al-Qodar 1-5: Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.

Oleh sebab itulah dari berbagai ibadah dalam Islam, puasa di bulan Ramadlan merupakan ibadah wajib yang paling membekas pada jiwa seorang Muslim. Laksana sebuah madrasah (sekolah), Ramadlan adalah sebuah proses transformasi pendidikan yang lengkap baik secara ruhiyah, mental, jasmani maupun sosial secara integral menempah umat Muslim sebulan penuh, sehingga output maupun outcome-nya diharapkan menjadi pribadi-pribadi yang bertakwa.

Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam menghadapi Ramadlan yang mubarak ini adalah pembersihan atau pencucian diri dari berbagai noda yang mengotori jiwa seperti kekhilafan-kekhilafan antara sesama manusia dengan saling maaf-memaafkan kepada kedua orangtua, saudara, tetangga, sahabat dll. Adapun pembersihan raga sebagaimana juga disunahkan untuk mandi besar (keramas) sebelum melaksanakan ibadah puasa. Pembersihan ini dimaksudkan untuk menghapus dosa-dosa dan kotoran-kotoran yang tersisa yang masih melekat di jiwa dan raga setiap Muslim yang akan menjalankan ibadah puasa. Makna pembersihan diri ini di Magelang dilambangkan secara simbolis dengan istilah “padusan”, namun terjadi reduksi makna sehingga seperti mempuas-puaskan diri sebelum puasa tiba dengan cara mandi bersama berbaur antara laki-laki dan perempuan di kolam renang yang sama dengan sajian hiburan dangdutan. Tak ayal lagi, bukan pencucian diri yang diharapkan dapat ditemukan, malah dosa kemaksiatan yang diperolehnya.

Marilah kita niatkan dengan kebeningan hati dan kejernihan fikiran untuk memperoleh keikhlasan totalitas mempersiapkan diri menghadapi dan menjalani Ramadlan dengan penuh suka cita, sehingga makna madrasah Ramadlan dapat kita peroleh dengan sebaik-baiknya yaitu derajat takwa. Semoga Allah memberikan kekuatan dan kesabaran dalam menjalani ibadah puasa sebulan penuh sebagaimana yang ditentukan-Nya.

Selamat menunaikan ibadah puasa 1430 H

Magelang, 21 Agustus 2009

Kaidah Dasar Fidelity Approach dalam Pembelajaran

Kaidah Dasar Fidelity Approach dalam Pembelajaran

Oleh Imam Mawardi


Fidelity sebagai model implementasi adalah cara pemberian instruksi dimana ia dirancang untuk diwujudkan (Gresham, Macmillan, Boebe-Frankenberger, & Bocian, 2000). Fidelity juga harus menunjukkan integritas dengan menyaring dan memantau kemajuan-prosedur yang lengkap dan sebuah keputusan eksplisit terhadap model yang diikuti. dalam suatu model RTI, fidelity adalah penting baik pada tingkat sekolah (misalnya, pelaksanaan proses) maupun pada tingkat guru (misalnya, petunjuk pelaksanaan dan pemantauan kemajuan).

Beberapa studi mengkonfirmasi pentingnya model fidelity sebagai implementasi program untuk memaksimalkan efektivitas (misalnya, Foorman & Moats, 2004; Foorman & Schatschneider, 2003; Gresham dkk., 2000; Kovaleski dkk., 1999; Telzrow, McNamara, & Hollinger, 2000; Vaughn, Hughes, Schamm, & Klingner, 1998). Meskipun studi ini dikaji dengan berbagai intervensi, hasilnya menunjukkan positif bahwa hasil siswa dapat dikaitkan dengan tiga faktor yang terkait:
1.Fidelity pelaksanaan proses (di tingkat sekolah)
2.Gelar untuk intervensi penyeleksian adalah didukung secara empirik
3.Fidelity dari intervensi implementasi (pada tingkat guru)

Meskipun kedua common sense dan penelitian mendukung konsep fidelity untuk memastikan pelaksanaan yang berhasil dari hasil intervensi, tantangan praktis yang terkait dengan target tingkat tinggi dari fidelity yang didokumentasikan. Gresham dkk. (2000) dan Reschly dan Gresham (2006) mencatat beberapa faktor yang dapat mengurangi fidelity dari implementasi - intervensi:
Kompleksitas. Lebih komplek intervensinya, lebih rendah fidelitynya karena tingkat kesulitan. (Faktor ini meliputi kebutuhan waktu untuk instruksi pada intervensi).
Bahan dan sumber daya diperlukan.
Perceiped dan efektivitas nyata (kredibilitas). Juga dengan satu dasar penelitian yang solid, kalau guru percaya bahwa pendekatan tidak akan efektif, atau jika tidak konsisten dengan gaya pengajaran mereka, mereka tidak akan dapat mengimplementasikan dengan baik..
Interventionists. Angka, keahlian, dan motivasi dari individu yang menyampaikan intervensi adalah faktor pada level implementasi fidelity

Karakteristik :
Kriteria fidelity ditetapkan pada waktu kegiatan evaluasi belum dilaksanakan (sejak awal) dan dikembangkan dari kurikulum itu sendiri (kriteria berasal dari kurikulum); tujuan, materi, proses, semua hal-hal yang diunggulkan dari suatu kurikulum yang dievaluasi

Pendekatan fidelity banyak digunakan karena berhubungan langsung dengan kurikulum yang dievaluasi dan hasilnya terasa terhadap kurikulum tersebut. Kosekuensi menggunakan pendekatan ini dalam hal menetapkan kriteria evaluator harus menguasai kurikulum tersebut dan memahami apa yang diinginkan oleh pengembang kurikulumnya

Kekuatan:

Hasil yang diberikan benar-benar dapat menggambarkan keadaan kurikulum itu sendiri. Informasi yang dikumpulkan evaluator langsung dapat digunakan oleh para pengambil keputusan

Kelemahan:

Evaluator tidak dapat membandingkan dua kurikulum atau lebih; hanya dapat melakukan evaluasi terhadap satu kurikulum saja

Contoh:
Ensuring Fidelity of Implementation

Teachers
Mengumpulkan langsung dan tidak langsung asessments yang dapat membantu menilai instruksi corrobo berdasarkan bahan tertulis atau manual.
Review ceklis yang ada dan secara manual untuk implementasi
implementasi perubahan yang diperlukan untuk pelajaran praktek (sebagai hasil dari cek fidelity)
Jika diminta, refleksi guru-guru
Meninjau fidelity dari implementasi hasil pengamatan dengan supervisor

Mentor Teachers/ School Coaches
Memantau kemajuan guru dalam memberikan pengajaran
Memberikan pengembangan professional, coaching, dan pelatihan
Melakukan observasi guru sesuai dengan jadwal dan menyertakan evaluasi berbasis instruksional praktis.
Mengevaluasi hasil observasi dan dikumpulkan untuk memberikan contoh pekerjaan yang bermakna dan member feedback bagi guru
Merespon permintaan guru untuk asistensi atau informasi

Administration
Memimpin upaya untuk menciptakan infrastruktur untuk fidelity kooperatif pada proses implementasi
Menyediakan sumber daya yang diperlukan termasuk akses ke kurikulum, kesempatan untuk berinteraksi dengan mentor/ coaches, dan materials dan peralatan lainnya
Melakukan observasi guru sesuai dengan jadwal dan menyertakan evaluasi berbasis instruksional praktis
Mengevaluasi hasil observasi dan dikumpulkan untuk memberikan contoh pekerjaan yang bermakna dan tanggapan khusus untuk guru
Memantau pendidikan khusus dan kinerja guru
Memastikan fidelity dari implementasi secara rutin, periodik, pengamatan, dan diskusi dengan staf
Diperlukan koordinasi pengembangan professional
Menentukan kapan / apakah ruang kelas menjamin kinerja intervensi (misalnya, seluruh performa kelas yang sangat rendah daripada kelas lainnya di level grade yang sama)

Implementasi Kurikulum: Sebuah Prinsip Dasar

Implementasi Kurikulum: Sebuah Prinsip Dasar

Oleh Imam Mawardi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi adalah pelaksanaan, penerapan: pertemuan kedua ini bermaksud mencari bentuk tentang hal yang disepakati dulu (Tim Penyusun 2005:427). Sedangkan menurut Susilo (2007:174) implementasi merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap. Dalam Oxford Advance Learner Dictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah “put something into effect” (penerapan sesuatu yang memberikan efek atau dampak).

Miller& Seller (1985) mendefinisikan kata implementasi dengan tiga pendekatan, yaitu : Pertama, implementasi didefinisikan sebagai kegiatan. Kedua, suatu usaha meningkatkan proses interaksi antara pengembang guru dengan guru. Ketiga, implementasi merupakan sesuatu yang terpisah dari komponen kurikulum.

Sedangkan pengertian kurikulum, diantaranya menurut Mcdonal (1965) menyatakan bahwa kurikulum sebagai rencana kegiatan untuk menuntun pengajaran. Kurikulum juga diartikan sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk pendidikan peserta didik selama belajar di sekolah (Beauchamp, 1981) atau sebagai rencana untuk membelajarkan peserta didik (Hilda Taba, 1962). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kurikulum adalah (1) perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan, (2) perangkat mata kuliah mengenai bidang keahlian khusus (Tim penyusun 2005:617). Ahli kurikulum lainnya Mauritz Johnson dalam Sukmadinata, kurikulum “Prescribes (or at least anticipates) the result of in struction” kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup dan urutan isi serta proses pendidikan (Sukmadinata 2004:4). Jadi kurikulum adalah suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Sedangkan menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (BSNP 2006:5).

Definisi lainnya adalah berkaitan dengan siklus kurikulum (curriculum cycle), seperti dikemuakan oleh Saylor dan Alexander (1974), mereka memandang proses pengajaran adalah sebagai implementasi, tepatnya adalah merupakan implementasi rencana kurikulum.

Berdasarkan definisi implementasi dan definisi kurikulum tersebut, maka implementasi kurikulum didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan kurikulum (kurikulum potensial) dalam suatu aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. (Susilo 2007:174-175). Juga dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum operasional dalam bentuk pembelajaran (Mulyasa 2006:246). Demikian juga sebagaimana dijelaskan oleh Saylor dan Alexander (1974) dalam Miller and Seller (1985: 246) implementasi kurikulum sebagai proses menerapkan rencana kurikulum (program) dalam bentuk pembelajaran, melibatkan interaksi siswa-guru dan dalam konteks persekolahan.

Implementasi kurikulum dalam lapangan pendidikan sebagai aspek terpenting dari pengembangan kurikulum, hal tersebut seperti apa yang dikemukakan oleh Leslie Bishop pada Ornstein (1993,297) yang mengemukakan bahwa: “The implementation requires restructuring and replacement”. It requires adjusting personal habit, ways of behaving, program emphases, learning spaces, existing curricula and schedules.

Dengan demikian implementasi kurikulum diharapkan akan membuat ”it means getting educators to shift from the current program to the new program, a modification that can be met with great resistance”.

Prinsip dan Dasar-Dasar Implementasi:
Untuk implementasi program dan proses terjadinya perubahan harus dilakukan berdasarkan perilaku dari semua pihak yang terkena dampak. Guru harus mampu menjelaskan mengenai tujuan, sifat, dan manfaat inovasi.
Kesuksesan implementasi kurikulum merupakan hasil dari perencanaan hati-hati. Proses perencanaan berdasarkan atas kebutuhan dan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan tindakan yang dimaksudkan. Ia melibatkan penetapan dan penentuan cara untuk mengelola kebijakan yang akan mempengaruhi tindakan yang direncanakan. Implementasi memerlukan perencanaan, dan perencanaan terfokus pada tiga faktor: orang, program, dan proses. Dimana ketiga aspek tadi saling menunjang satu dengan yang lainnya. Skala prioritas pada satu aspek juga akan berdampak kepada aspek yg lainnya.
Implementalism, orang akan diubah, namun mereka juga takut terhadap perubahan, terutama jika ia datang dengan cepat atau jika mereka merasa bahwa mereka tidak memiliki kontrol atau pengaruh atasnya. Menjadi orang biasa dengan status quo dan memilih untuk melakukan modifikasi perilaku baru di dalam langkah kecil atau bertahap.
Karena implementasi tidak terjadi pada waktu yang sama dengan semua guru. Idealnya, proses implementasi memungkinkan waktu yang cukup untuk beberapa kelompok guru dalam mencoba kurikulum yang baru.
Komunikasi, ketika sebuah program baru sedang dirancang, saluran komunikasi harus terbuka agar program yang baru datang bukan sebagai kejutan. Sering mengadakan diskusi tentang sebuah program baru di kalangan guru, kepala sekolah, dan pekerja kurikulum adalah kunci implementasi yang sukses.
Dukungan, desainer kurikulum harus memberikan dukungan yang diperlukan untuk program yang direkomendasikan atau modifikasi program untuk memfasilitasi implementasi.

Pedoman yang harus diikuti untuk membuat implementasi yang berhasil sebagai suatu proses perubahan:
Inovasi dirancang untuk meningkatkan prestasi siswa
Inovasi yang berhasil memerlukan perubahan dalam struktur sekolah tradisional.
Inovasi harus diatur dan layak untuk semua guru.
Implementasi yang berhasil mengubah upaya-upaya organik daripada birokrasi;
Hindari, “do something, do anything” syndrome.

Dapat dicontohkan bahwa implementasi kurikulum berimplikasi terhadap serangkaian tuntutan yang harus dipenuhi oleh seorang guru dalam menjalan tugas keprofesionalannya. Dengan asumsi bahwa gurulah yang paling tahu mengenai tingkat perkembangan peserta didik, perbedaan perorangan (individual) siswa, daya serap, suasana dalam kegiatan pembelajaran, serta sarana dan sumber yang tersedia maka guru berwenang untuk menjabarkan dan mengembangkan kurikulum ke dalam silabus. Pengembangan ini hendaknya mendasarkan pada beberapa hal diantaranya: isi (konten), konsep, kecakapan / keterampilan, masalah, serta minat siswa. Guru perlu memahami prinsip-prinsip mengajar yang mengacu pada peningkatan kemampuan internal siswa. Peningkatan kemampuan ini misalnya dilakukan dengan menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa mampu mencapai kompetensi secara penuh, utuh dan kontekstual. Pentingnya peran guru dalam implementasi kurikulum ditegaskan juga oleh Lee (1996) serta Mars (1980) dan Syaodih (1988) di dalam Mulyasa (2003).

Peran guru dalam pembelajaran pada konteks KBK, menurut Sanjaya (2005), adalah sebagai: (1) fasilitator; (2) manajer; (3) demonstrator; (4) administrator; (5) motivator; (6) organisator; dan (7) evaluator. Sebagai fasilitator guru berperan untuk memudahkan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran, terutama dalam kaitannya dengan penggunaan media dan sumber belajar. Sebagai manajer pembelajaran guru berperan dalam menciptakan suasana / iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman, melalui pengelolaan kelas yang baik. Peran sebagai demonstrator dapat ditunjukkan dengan penampilan guru yang menjadi acuan bagi siswa. Sebagai administrator guru memungsikan penggunaan dokumentasi dan data siswa untuk keperluan pembinaan dan bimbingan. Sebagai organisator peran yang diharapkan pada guru dalam mengorganisasi siswa, baik secara kelompok maupun individual, sehingga tetap terjaga keharmonisan diantara siswa. Guru sebagai evaluator harus memilik kemampuan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran pada masing-masing siswa dan kelompok siswa, serta mampu menggunakannya sebagai alat untuk penentuan tindak lanjut.

Sheldon (1981) mengidentifikasi sejumlah faktor yang berhubungan dengan implementasi suatu inovasi kurikulum. Nilai (value) personal dan profesional serta harapan guru terhadap kurikulum baru merupakan faktor yang paling menentukan terhadap keberhasilan inovasi.


Referensi Pendukung
John P. Miller, J.P. & Seller, W. 1985. Curriculum Perspective and Practice. Longman.Inc
Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
-----. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstekstual Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nasution, S. MA.2003. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK Unnes Press.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Susilo, Muhammad Joko, 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.