Senyuman kehidupan

Selasa, Maret 24, 2009

Kisah Lagu Cinta


Kisah Lagu Cinta

Masih saja keberadaan itu menyisahkan tanya
untuk apa oase yang terbitkan saujana
saat kerontang menawar kemarau di hati. Luka
Adalah surga yang mentasbihkan kisah
seperti hari-hari menyanyikan lagu cinta

Musim tak mengenal lelah mengeja setiap huruf-huruf
di altar matahari
hari ini aku bawakan kembali kisah sepotong masa depan
dalam persenggamaan sunyi, ketika takbir mengguncang jagat nurani
tiada perbincangan atau pembicaraan yang direncanakan
begitu mengalir seperti nafas menghempas sepi

Lupakan sejenak preluda kemapanan, karena kita akan berkisah
tentang prosesi kehidupan
pasangan kejadian memoles wajah dunia
seperti hitam dan putih yang tergelar menawar harga kejujuran

Sudahlah, kita lanjutkan saja kehidupan
apapun yang terjadi untuk berguru memahami setiap rencana-Nya

Bandung, 23 Maret 2009
Mawardy El-Razal

Selasa, Maret 17, 2009

Kesiapan Guru untuk Mengajar dengan Model Desain Pembelajaran


Kesiapan Guru untuk Mengajar dengan Model Desain Pembelajaran
by Imam Mawardi Rz
muhammadiyah university of magelang

Kesiapan guru untuk mengajar berkaitan erat dengan cara guru mempersiapkan peserta didik untuk belajar. Kesiapan mengajar ini seperti petani mempersiapkan tanah untuk ditanami benih, jika dilakukan dengan benar, niscaya menciptakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan yang sehat. Demikian juga dalam mengajar, jika persiapan matang sesuai dengan karakteristik kebutuhan, materi, metode, pendekatan, lingkungan serta kemampuan guru, maka hasinya diasumsikan akan lebih optimal. (Susilana, et al. 2006: 96).

Oleh sebab itu, guru yang baik untuk saat ini tidak cukup untuk sekedar bersikap hangat dan menyayangi anak-anak, atau sekadar menerapkan praktik-praktik mengajar yang semata-mata didasarkan pada intuisi, preferensi pribadi atau kearifan konvensional (Arend, 2007). Tetapi lebih jauh untuk professional yang dimulai dengan kesiapan perencanaan sampai pada tahap evaluasi dengan berbagai kemampuan yang berhubungan dengan dunia pendidikan dan pengajaran. Karenanya, Nathaniel Gage, salah seorang peneliti pendiikan terkemuka di USA--sebagaimana dikutip Arend, 2007—mendefinisikan mengajar sebagai sebuah seni instrumental, yaitu mengajar adalah suatu yang berangkat dari “resep”, formula, atau algoritma. Ia membutuhkan improvisasi, spontanitas, penanganan sejumlah pertimbangan tentang bentuk, gaya, kecepatan, ritme, dan ketepatgunaan dengan cara yang begitu kompleks sehingga bahkan computer sekalipun tidak akan mampu melakukannya, seperti halnya mereka tidak mampu menyamai apa yang dilakukan oleh seorang ibu terhadap anaknya yang berusia lima tahun arau apa yang setiap saat diucapkan seorang kekasih kepada orang yang dicintainya.

Dalam hal kemampuan “kesiapan” guru untuk mengajar menjadi hal yang sangat penting, yaitu meliputi antara lain kemampuan:
a. Penguasaan bidang keilmuan yang menjadi kewenangannya
b. Kemampuan merancang program pembelajaran
c. Menyusun desain pembelajaran, terdiri: 1) tujuan, 2) materi, 3) metode, media dan sumber, 4) kegiatan belajar siswa, dan 5) evaluasi.

Dalam menyusun model desain pembelajaran seorang guru harus mendasarkan pada prinsip-prinsip pendidikan, teori-teori psikologis, sosiologis, psikiatri, analisis sistem, atau teori-teori lain. Joyce & Weil (1980) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Di samping itu model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru dalam persiapan mengajar boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

Pada dasarnya, model desain pembelajaran merupakan pengelolaan dan pengembangan yang dilakukan terhadap komponen-komponen pembelajaran. Adapun beberapa model desain pembelajaran antara lain: Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional), Model Jerold E. Kemp, Model Gerlach and Ely, Model Glaser, Model Bella Banathy, Model Rogers, Model Pembelajaran Kontekstual (CTL), dll.
Adapun Aspek Desain Pembelajaran sebagaimana yang di tulis Wahono (2006) adalah sebagai berikut:

•Kejelasan tujuan pembelajaran (rumusan, realistis)
•Relevansi tujuan pembelajaran dengan SK/KD/Kurikulum
•Cakupan dan kedalaman tujuan pembelajaran
•Ketepatan penggunaan strategi pembelajaran
•Interaktivitas
•Pemberian motivasi belajar
•Kontekstualitas dan aktualitas
•Kelengkapan dan kualitas bahan bantuan belajar
•Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran
•Kedalaman materi
•Kemudahan untuk dipahami
•Sistematis, runut, alur logika jelas
•Kejelasan uraian, pembahasan, contoh, simulasi, latihan
•Konsistensi evaluasi dengan tujuan pembelajaran
•Ketepatan dan ketetapan alat evaluasi
•Pemberian umpan balik terhadap hasil evaluasi

Model-model dan aspek-aspek desain pembelajaran tersebut pada hakekatnya dapat digunakan dan dikembangkan untuk kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh seorang guru. Hal yang terpenting di sini adalah bagaimana seorang guru dapat mengelola dan mengembangkan komponen-komponen pembelajaran itu dalam suatu desain yang terencana dengan memperhatikan kondisi actual dari unsure-unsur penunjang dalam implementasi pembelajaran yang akan dilakukan, misalnya: alokasi waktu yang tersedia, sarana dan prasarana pembelajaran, biaya, dan sebagainya.

Referensi:
Arend, R.I. (2007). Learning to Teach. edisi ke-7. New York: McGraw Hill Companies, Inc., 1221 Avenue of the Americas.
Susilana, R. et al. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Ed. 2. Bandung: Jurusan kutekpen FIP UPI
Wahono, R.S. (2006). Aspek dan Kriteria Penilaian Media Pembelajaran.[Online]. Tersedia: http://romisatriawahono.net/2006/06/21/aspek-dan-kriteria-penilaian-media-pembelajaran/ [10 November 2008]

Implikasi perkembangan iptek dan informasi serta kebutuhan SDM terhadap pengembangan kurikulum dan pengajaran.

Implikasi perkembangan iptek dan informasi serta kebutuhan SDM terhadap pengembangan kurikulum dan pengajaran.

by Imam Mawardi Rz
muhammadiyah university of magelang

Perkembanagan IPTEK membawa pengaruh yang besar terhadap kehidupan social dan kebudayaan umat manusia, yang meliputi beberapa aspek antara lain komunikasi, transportasi, mekanisasi industri, pertanian dan persenjataan, termasuk di dalamnya adalah pendidikan.

Perkembangan IPTEK di samping banyak menimbulkan perubahan dalam nilai-nilai,--baik nilai social, budaya, spiritual, intelektual maupun material—juga menimbulkan kebutuhan baru, aspirasi baru dan sikap hidup baru (Sukmadinata, 2000). Hal-hal di atas menuntut perubahan pada sistem dan isi pendidikan yang diwujudkan dalam rekonstruksi kurikulum. Mengingat pendidikan bukan hanya mewariskan nilai-nilai dan hasil kebudayaan lama, tetapi juga mempersiapkan SDM unggul agar mampu hidup pada masa kini dan yang akan datang

Perkembangan IPTEK secara langsung maupun tidak langsung membawa pengaruh terhadap kurikulum pendidikan. Pengaruh langsung dari perkembangan ini adalah memberikan isi/materi atau bahan yang akan disampaikan dalam pendidikan. Sedang pengaruh tidak langsung dari perkembangan IPTEK ini menyebabkan perkembangan masyarakat, yang tentunya menimbulkan problema-problema baru yang menuntut pemecahan masalah dengan pengetahuan dan ketrampilan baru yang dikembangkan dalam pendidikan (Sukmadinata, 2000).

Oleh sebab itu, perlunya usaha-usaha yang terus menerus dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran agar selaras dengan perkembangan zaman. Usaha-usaha tersebut antara lain meliputi:
1.Perbaikan kurikulum secara terus menerus dapat di up date
2.Isi muatan kurikulum dapat memenuhi kebutuhan stake holders
3.Isu-isu global perkembangan kontemporer dan nilai-nilai kearifan potensi local menjadi basic pendekatan kurikulum
4.Pengembangan metode pengajaran yang bervariasi
5.Penggunaan multimedia dalam pembelajaran

Pandangan Filsafat kurikulum dan pengajaran terhadap perkembangan iptek dan informasi

Akibat pengaruh globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, memberikan dampak tersendiri bagi kehidupan manusia, baik dampak yang positif maupun maupun yang negatif. Dampak yang positif salah satunya memberikan kemudahan bagi manusia memenuhi kebutuhannya secara cepat, efektif dan efisien di segala lini aktivitas kehidupan. Sebaliknya dampak negatifnya tak kurang banyak, termasuk di dalamnya sifat ketergantungan manusia olehn kemudahan fasilitas, di samping dampak-dampak lainnya yang berhubungan dengan kehidupan social.

Implikasi nyata dalam dunia pendidikan membawa pengaruh terhadap model pendidikan dimana tuntutan kurikulum dan pengajaran harus selalu up to date terus menerus, disesuaikan dengan perkembangan yang ada, agar hasil dari pengembangan kurikulum tidak ketinggalan zaman. Kenyataan seperti sebagaimana digambaarkan filsafat progresivisme yang memandang bahwa kemajuan yang telah dicapai oleh manusia dewasa ini karena kemampuan manusia dalam mengembangkanberbagai ilmu, baik ilmu-ilmu social, budaya, maupun ilmu pengetahuan alam (Barnadib, 1996). Ide-ide sentral pendidikan yang dikembangkan dalam progresivisme ini berkisar pada penerapan dari konsep-konsep rasionalitas, kebebasan dan kesamaan. Pendidikan adalah distribusi demokratis dan rasionalitas dengan perlakuan yang seimbang (kewajiban dan hak) antara kebebasan dan kesamaan pada subjek didik. Hal ini sebagaimana dikatakan Imam Barnadib (1996) bahwa menurut teori SDM, suasana pendidikan (kurikulum dan aspek-aspek pembelajaran) mengikuti konsep pendidikan yang berpusat pada siswa dan mengutamakan perhatiannya ke masa depan daripada masa lalu, yaitu tuntutan untuk survive mengikuti perkembangan zaman, terutamanya perkembangan informasi dan IPTEK.