Senyuman kehidupan

Minggu, Februari 28, 2010

Implementasi Kurikulum Kehidupan


Implementasi Kurikulum Kehidupan
by Imam Mawardi (Abihan)

Kehidupan berjalan seiring perubahan demi perubahan. Setiap perubahan membawa dampak nyata baik yang positif maupun yang negatif. Apapun jenis perubahan kita harus mensikapinya dengan fikiran yang terbuka dan hati yang terjaga. Seberapa banyak kita belajar sebanyak itu pula kita tidak memahami apa sebenarnya kehidupan itu sendiri.

Hidup penuh rencana-rencana. Rencana merupakan ide atau gagasan terbesar yang bisa hilang begitu saja bila tak diiringi niat dan kemampuan yang baik. Setiap rencana akan bermakna bila mampu diaktualisasikan dalam dunia nyata. Fazlur Rahman mengatakan bahwa pemikir besar dan orisinal adalah seseorang yang menemukan gagasan pokok (master idea), yaitu prinsip dasar yang mengandung semua realitas lalu memahaminya sehingga menjadi sesuatu yang baru dan penting. Gagasan pokok itu mengubah dasar-dasar perspektif kita dalam melihat realitas bahkan bisa memberikan solusi yang segar dan jitu terhadap permasalahan-permasalahan lama yang mengganggu pikiran manusia.

Pendidikan adalah kehidupan dan kehidupan adalah pendidikan. Dalam kehidupan memerlukan pendidikan sebagai alat untuk mentransformasikan nilai-nilai, demikian juga pendidikan alat bagaimana memahami kehidupan. Sayangnya, peran-peran ini dalam manifestasinya banyak dibatasi oleh sekat ruang dan waktu. Sekat-sekat ini sebenarnya hanyalah bagian kecil dari apa yang dinamakan pengajaran dan bukan pendidikan, mesipun pengajaran ada dalam pendidikan. Sekat-sekat ini merupakan pengertian sederhana dari kurikulum bagaimana memproses pengajaran dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasinya.

Apabila dilihat dari perspektif yang lebih luas, ketika kehidupan dimaknai pendidikan dimana nilai-nilai menjadi wujud kebudayaan, maka kebudayaan menjadi proses yang penting. Nilai-nilai kebudayaan menurut H.A.R. Tilaar, ditransmisikan dengan proses-proses ‘acquiring’ melalui ‘inquiring’. Jadi proses pendidikan bukan terjadi secara pasif atau “culture determined” tetapi melalui proses interaktif antara manusia. Proses tersebut memungkinkan terjadinya perkembangan budaya melalui kemampuan-kemampuan kreatif yang memungkinkan terjadi inovasi dan penemuan-penemuan budaya lainnya, serta asimilasi, akulturasi dan sebagainya. Dari perspektif lebih luas ini kurikulum harus dimaknai sebagai sebuah proses dari tahapan-tahapan kehidupan, dari ketika seseorang dilahirkan, dibesarkan, belajar memenuhi kebutuhannya, bersosialisasi, sampai bagaimana mencapai makna hidup. Dengan demikian di setiap tahapan kehidupan ada nilai-nilai yang menjadi inti kurikulum.

Implementasi kurikulum kehidupan dalam mentransformasikan nilai-nilai menjadi tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi, menduduki peran apapun baik sebagai diri sendiri, sebagai kepala keluarga, sebagai guru, pemimpin masyarakat dan banyak lagi peran yang perlu dipelajari. Di sini kurikulum mengajarkan makna pendidikan bagaimana menjadi manusia yang berarti.

Magelang, 28 Februari 2010

Tidak ada komentar: