Senyuman kehidupan

Minggu, Februari 28, 2010

Sejarah Kurikulum Berbasis Kompetensi

Latar Belakang Sejarah Kurikulum Berbasis Kompetensi
by Imam Mawardi

Globalisasi yang ditandai dengan kemajuan cepat serta mendunia di bidang informasi telah berpengaruh pada peradaban manusia. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan social, ekonomi, dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran, serta cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan local. Pada masa sekarang, hanya negara yang mempunyai pemahaman dan kearifan tentang proses, serta ancaman globalisasi akan mempunyai kesempatan untuk bertahan hidup, produktif, sejahtera, damai dan aman dalam masyarakatnya dan masyarakat dunia. Oleh sebab itu diperlukan pemaknaan baru tentang kesejahteraan bangsa. Kesejahteraan bangsa tidak dapat lagi diartikan dengan banyaknya sumber daya alam yang dimiliki, tetapi tingginya daya saing, daya suai dan kompetensi suatu bangsa menjadi SDM yang unggul.

Untuk menjawab persoalan di atas diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognitif dan kompetensi untuk berfikir bagaimana berfikir, belajar bagaimana belajar dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan; sereta mengatasi situasi yang ambigus dan antisipatif terhadap ketidakpastian. Dengan demikian maka dikembangkan sebuah konsep kompetensi dalam kurikulum pendidikan untuk dapat membekali ketrampilan dan keahlian berdaya saing serta berdaya suai untuk bertahan hidup dalam perubahan, pertentangan, ketidaktentuan, dan kerumitan-kerumitan dalam kehidupan.

Istilah kompetensi sendiri bukan hal baru, karena pembahasan tentang kompetensi sudah ada sejak tahun 1956. Konsep kompetensi pertama kali muncul dalam organisasi bisnis khususnya dalam perekrutan dan penyeleksian karyawan-karyawan baru, sebab saat itu sudah ada prinsip: “organisasi bisnis lebih memilih melakukan pengujian atas kompetensi dari pada intelejensi” (Mc Celland, 1973). Dalam artikelnya Mc Celland berpendapat bahwa secara umum pengujian kepribadian dan IQ kurang dapat memprediksi keberhasilan performa, untuk itu penelitian tentang kompetensi harus dikembangkan sebagai sebuah alternative.

Memasuki tahun 1970-an, berbagai institusi pendidikan mulai menaruh perhatian terhadap masalah kompetensi. Memang ada kekurangjelasan asal usul perkembangan kompetensi dibidang pendidikan, tetapi setidaknya memasuki tahun 1970-an, sudah ada 2 aliran kompetensi, yakni pendidikan guru berbasis kompetensi (CBTE) dan pendidikan guru berbasis humanistic (HBTE). Dalam bidang pendidikan diakui memang tidak ada garis historis yang jelas seperti halnya dalam bidang organisasi bisnis. Namun yang pasti bahwa perkembangan kompetensi di bidang pendiidkan merupakan respons dari perkembangan dan tuntutan dalam organisasi bisnis.

Pengertian Kurikulum berbasis Kompetensi dan landasan-landasannya

Proses pembelajaran yang didasarkan pada kompetensi atau penguasaan adalah kegiatan belajar mengajar yang diarahkan untuk memberikan pengetahuan, sikap dan ketrampilan kepada peserta didik untuk melakukan sesuatu, berupa seperangkat tindakan intelegensi (dalam bentuk kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan) penuh tanggungjawab yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan tugas-tugas pada jenis pekerjaan tertentu.

Berdasarkan teori, secara umum kompetensi dapat didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai sebagai kinerja yang berpengaruh terhadap peran, perbuatan, prestasi, serta pekerjaan seseorang. Dengan demikian, kompetensi dapat diukur dengan standar umum serta dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan (Yulaelawati, 2004)

Dalam pengertian yang lain kompetensi dapat diartikan kinerja, dengan indikasi motif, sifat, konsep diri, pengetahuan dan ketrampilan yang menjadi karakteristik individu. Kompetensi tersebut dapat memepengaruhi perilaku dalam bertindak dan berdampak terhadap kinerja dalam jabatan.

Depdiknas (2002) mendefinisikan kompetensi sebagai pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak yang secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.

Dengan demikian kurikulum berbasis kompetensi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh peserta didik, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.

Dengan kurikulum berbasis kompetensi diharapkan dapat menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dengan memberikan dasar-dasar pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman belajar dengan integrasi mata pelajaran yang sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat untuk membangun pilar pendidikan., yaitu belajar untuk memehami, belajar untuk berbuat kreatif, belajar untuk hidup dalam kebersamaan, dan belajar untuk membangun serta mengekspresikan jati diri yang dilandasi ketiga pilar sebelumnya.

Landasan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Ada beberapa landasan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum. Menurut Tayler (1949), landasan kurikulum terdiri dari landasan filosofis, social budaya, dan psikolologis. Pendapat tersebut serupa dengan yang dikemukakan Murray Print (1993) bahwa landasan kurikulum terdiri dari landasan filosofis, social budaya, dan psikologis, perkembangan ilmu dan teknologi. Perkembagan terakhir beliau menambahkan atau melengkapi landasan tersebut dengan landasan manajemen.

Penyusunan model desain kurikulum berdasarkan kompetensi menurut Majid & Andayani (2004) akan mengacu pada:
Landasan filosofis.
Filsafat merupakan suatu system yang dapat menentukan arah hidup dan serta menggambarkan nilai-nilai apa yang paling dihargai dalam hidup seseorang. Kurikulum mempunyai hubungan yang erat dengan dengan falsafah bangsa dan negara terutama dalam menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai melalui pendidikan. Filsafat inilah yang harus dimiliki setriap guru, agar dapat membentuk pandangan hidup yang benar. Dalam filsafat terkandung gambaran tentang masyarakat yang akan dibangun, manusia apakah yang harus dibentuk, kurikulum apa yang harus digunakan. Tujuan, metode, alat pendidikan, pandangan tentang anak ditentukan oleh filsafat yang mengarah pada tujuan tertentu. Tujuan tersebut adalah tujuan pendidikan yang harus sesuai dengan filsafat negara, dimana akan membangun sumber-sumber daya manusia yang diinginkan.

Landasan psikologis.
Kurikulum harus dipandang sebagai suatu system yang di dalamnya merupakan reaksi terhadap proses yang ditentukan oleh orang dewasa dengan memperhatikan kebutuhan dan minat peserta didik berdasarkan psikologisnya. Aliran psikologi behaviorisme dan humanistic yang mengandung makna pembelajaran menekankan pada pengembangan dan penguasaan terhadap kompetensi, serta menekankan pada pengembangan manusia seutuhnya dijadikan sebagai salah satu landasan.

Landasan social budaya.
Landasan ini berkenaan dengan keadaan masyarakat, perkembangan dan perubahannya, berupa pengetahuan, dan lain-lain. Dengan dijadikan sosiologis sebagai landasan pengembangan kurikulum, maka peserta didik nantinya diharapkan mampu bekerja sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Landasan ini berkenaan dengan masyarakat yang selalu berkembang karena dipengaruhi perkembangan ilmu dan teknologi yang memiliki pengaruh yang kuat pada pengembangan kurikulum. Dengan iptek sebagai landasan, peserta didik diharapkan mampu mengikuti perkembangan iptek sesuai dengan system nilai, kemanusiawian dan budaya bangsa.

Landasan organisatoris.
Landasan ini berkenaan dengan bentuk dan organisasi bahan pelajaran yang disajikan.


Referensi:
Ali, M. dkk (peny). 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press
Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas
Majid, A. dan Andayani, D. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Miller, J.P. dan Seller, W. 1985. Curriculum: Perspectives and practice. New York: Longmen
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Print, M. (1993). Curriculum Development and Design. Second edition. St Leonard-Australia: Allen & Unwin
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Sukmadinata, N.S. (2000). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Cet. 2. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Susilana, R. dkk.(2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kutekpen FIP UPI
Swara Ditpertais: No. 17 Th. II, 18 Oktober 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi [Online]. Tersedia: http://www.ditpertais.net/swara/warta17-03.asp
Tyler, R.W. 1975. Basic Principles of Curriculum and Instruction. Chicago & London: The University of Chicago Press.
UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Yulaelawati, E. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran (Filosofi, Teori dan Aplikasi). Bandung: Pakar Raya.

Tidak ada komentar: