Perjalanan Ke Sekolah
By Umihan (Evin Yuniastutik)
Persiapan sudah dimulai sejak menjelang asyar, dari mandi, mandikan hani dan hanum, dan persiapan lain-lain seperti baju, buku-buku dll. Tidak lupa payung agar tidak panas. Setelah shalat asyar kami mulai berangkat Hanum saya gendong dan Hany berjalan di samping saya. Hanum si bayi mungil ini memang belum genap dua bulan, saya ajak karena di rumah tidak ada yang menungguhi. Abi masih di kampus, dan tantenya juga ngajar kalau pagi, sore kuliah dan seabrek private, nyaris tidak ada istirahat dari rutinitas kecuali malam, karena capek langsung terlelap. Tugas-tugas kuliah dan persiapan mengajar biasanya dikerjakan sebelum subuh. Sedang di rumah kami belum punya pembantu.
Sekolah ini adalah kepentingan Hany, kalau kemampuan intelegensi dan sikap serta ketrampilan tertentu bisa dipelajari di rumah sesuai kadar kemampuannya yang dikemas dengan permaianan, karena di sinilah terjadinya proses belajar. Dari keingintahuannya hany sekarang sudah bisa membaca huruf-huruf hijaiyah, alfabetik dan angka, serta mampu menuliskannya, meskipun masih verbal bisa membaca huruf dan menulis huruf tapi belum bisa membaca. Usia hany baru 3 tahun berjalan, bagi kami cuma menyediakan alat yang sesuai dengan kronologis usianya, meskipun keingintahuan membaca sangat tinggi, mungkin ini dipengaruhi melihat abinya yang suka membaca. Akhirnya untuk merangsangnya lebih jauh saya coba metode cantol, menghubungkan nama huruf dengan sesuatu yang dikenal Hani, misalnya huruf ”k” dengan kambing, ”p” dengan payung dsb. Semua ini Hany pelajari di rumah. Tetapi yang tidak ada rumah adalah sosialisasi dengan temen-teman sebaya. Hany dalam hal ini kurang, atau barangkali watak dasarnya pendiam, namun kadang eksplorasi fantasinya sering mengejutkan dengan diafragma imajinasi gambar dan benda-benda permainannya. Saya tidak memaksakan sesuatu pada Hany sehingga ia mamapu menemukan dirinya sendiri. Tetapi masalah nilai-nilai religius dan akhlak harus saya doktrin, biar tumbuh kebiasaan yang baik di keseharian hidupnya sejak kecil hingga dewasanya nanti.
Sebuah perjalanan menuju sekolah yang ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 25 menit dari rumah melewati lembah dan bukit di jalan setapak di kampung sebelah. Ini pun bisa bertambah menjadi 30-45 menit bila si anak banyak bertanya tentang segala sesuatu yang dilihatnya dalam perjalanan sehingga tentunya memakan waktu, bagiku setiap pertanyaan anak dan setiap jawaban saya adalah proses dialektika transformasi ilmu pengetahuan. Maka untuk ancang-ancang persiapan berangkat waktunya harus diperkirakan sebelumnya. Jalan ini merupakan alternatif terdekat dengan potong kompas. Ada jalan beraspal tapi harus memutar dan tentunya waktu tempuhnya juga semakin lama. Kecuali kalau pulang jalannya lebih cepat karena abinya hany menjemput sepulang kerja dengan sepeda motor.
”Sekolah” ini diadakan sore hari, mulai pukul 16.00 – 17.15 wib dan dikelolah oleh ibu-ibu PKK. Sekolah ini merupakan jenis kelompok bermain sebelum anak-anak memasuki taman kanak-kanak. Sekolah ini bernama ”Kasih Bunda”. Saya pilih sekolah ini, di samping karena waktunya sore, lokasinya tidak jauh dari rumah (kalau sekolah lainnya di kota), dan biaya terjangkau. Untuk pendaftaran dan satu stel seragam olahraga Rp. 20.000,- dan SPP per bulan Rp 5000,-. Jangan dibayangkan fasilitasnya, yang penting dalam masa ini adalah sosialisasi dengan teman sebaya. Sekolah lain juga banyak dengan fasilitas lebih lux tapi itu, biayanya.... masuknya aja jutaan. Ya udalah yang penting sekolah, punya teman sebaya, punya tambahan cerita, punya pengalaman baru, dan yang penting menambah motivasi belajar dan memupuk jiwa sosial. Wassalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar