Senyuman kehidupan

Jumat, Mei 16, 2008

Kesehatan Mental: Solusi Pengembangan Kecerdasan Qalbiah - 1

Kesehatan Mental: Solusi Pengembangan Kecerdasan Qalbiah (bagian 1)
Oleh Imam Mawardi Rz

Kecerdasan qalbiyah merupakan akibat dari kesehatan mental seseorang yang tidak sekedar hadir begitu saja, namun memerlukan proses dinamika seiring dengan perjalanan hidup seseorang itu sendiri. Dalam kecerdasan qalbiyah ditekankan pemanfaatan potensi manusia secara integral dalam hubungannya dengan pengembangan kepribadian, hal ini haruslah disertai prinsip yang berguna dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan mental serta pencegahan terhadap gangguan-gangguan mental.

Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1.Prinsip yang didasarkan atas sifat manusia, meliputi:
a.Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan atau bagian yang tidak terlepas dari kesehatan fisik dan integritas organisme
b.Untuk memelihara kesehatan mental dan penyesuaian yang baik, perilaku manusia harus sesuai dengan sifat manusia sebagai pribadi yang bermoral, intelektual, relegius, emosional dan sosial.
c.Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan integrasi dan pengendalian diri, yang meliputi pengendalian pemikiran, imajinasi, hasrat, emosi dan perilaku
d.Dalam pencapaian dan khususnya memelihara kesehatan dan penyesuaian mental, memperluas pengetahuan tentang diri sendiri merupakan suatu keharusan
e.Kesehatan mental memerlukan konsep diri yang sehat, yang meliputi: penerimaan diri dan usaha yang realistis terhadap status atau harga dirinya sendiri
f.Pemahaman diri dan penerimaan diri harus ditingkatkan terus menerus memperjuangkan untuk peningkatan diri dan realisasi diri jika kesehatan dan penyesuaian mental hendak dicapai
g.Stabilitas mental dan penyesuaian yang baik memerlukan pengembanagn terus-menerus dalam diri seseorang mengenai kebaikan moral yang tertinggi, yaitu: hokum, kebijaksanaan ketabahan, keteguhan hati, penolakan diri, kerendahan hati, dan moral
h.Mencapai dan memelihara kesehatan dan penyesuaian mental tergantung kepada penanaman dan perkembangan kebiasaan yang baik
i.Stabilitas dan penyesuaian mental menuntut kemampuan adaptasi, kapasitas untuk mengubah meliputi mengubah situasi dan mengubah kepribadian
j.Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan perjuangan yang terus-menerus untuk kematangan dalam pemikiran, keputusan, emosionalitas dan perilaku
k.Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan belajar mengatasi secara efektif dan secara sehat terhadap konflik mental dan kegagalan dan ketegangan yang ditimbulkannya.

2.Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia dengan lingkungannya, meliputi:
a.Kesehatan dan penyesuaian mental tergantung kepada hubungan interpersonal yang sehat, khususnya di dalam kehidupan kluarga
b.Penyesuaian yang baik dan kedamaian pikiran tergantung kepada kecukupan dalam kepuasan kerja
c.Kesehatan dan penyesuaian mental tanpa distorsi dan objektif.

3.Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia dengan Tuhan, meliputi:
a.Stabilitas mental memerlukan seseorang mengembangkan kesedaran atas realitas terbesar daripada dirinya yang menjadi tempat bergantung kepada setiap tindakan yang fundamental
b.Kesehatan mental dan ketenagan hati memerlukan hubungan yang konstan antara manusia dengan Tuhannya.
(Schneiders dalam Notosoedirjo & Latipun, 2001:29-30)

Dengan prinsip-prinsip sebagaimana disebutkan di atas, maka potensi manusia perlu dikembangkan dengan latihan-latihan dan pembiasaan-pembiasaan tertentu dalam mewujudkan pribadi yang utama, yaitu pribadi yang memiliki kecerdasan qalbiyah. Hanna Djumhana Bastaman (1995:151-152) menawarkan tiga cara untuk peningkatan diri yang semuanya merupakan strategi sadar untuk mengubah nasib menjadi lebih baik.

Cara pertama adalah hidup secara islami, dalam arti berusaha secara sadar untuk mengisi kegiatan sehari-hari dengan hal-hal yang bermanfaat dan sesuai dengan nilai-nilai aqidah, syari’ah dan akhlak, aturan-aturan Negara, dan norma-norma kehidupan bermasyarakat, serta sekaligus berusaha menjauhi hal-hal yang dilarang agama dan aturan-aturan yang berlaku.

Cara kedua adalah melakukan latihan intensif yang bercorak psiko-edukatif. Misalnya yang dikemas dalam program dan paket-paket pelatihan pengembangan pribadi, seperti TA (Transactional Analysis), Asertif (Assertiveness), Pengenalan dan Pengembangan Diri (Self Development), AMT (Achievement Motivation Training), Menjadi Orang Tua Efektif (Parent Effectiveness Training), Komunikasi Lintas Budaya (Trancultural Communication). Semuanya bertujuan meningkatkan aspek-aspek psiko-sosial yang positif dan mengurangi aspek-aspek negatif, baik yang masih potensial maupun yang sudah teraktualisasi dalam perilaku, tentunya semuanya itu harus dimodifikasi secara mandasar dengan landasan dan warna Islami. Dengan pelatihan yang bercorak psiko-edukasi ini, diharapkan menyadarkan diri akan keunggulan dan kelemahannya, mampu menyesuaiakan diri, menemukan arti dan tujuan hidupnya dan menyadari serta menghayati betapa pentingnya meningkatkan diri.

Cara ketiga yaitu dengan pelatihan disiplin diri yang lebih berorientasi spiritual-relegius , yakni mengintensifkan dan meningkatkan kualitas ibadah, contohnya dengan berdzikir (QS. Al-Baqarah: 152). Dzikrullah akan berpengaruh terhadap kematangan pribadi dan kesehatan jiwa, apalagi hasil dari shalat yang dimasyhurkan sebagai tiang agama (imaduddin), merupakan mi’raj bagi kaum beriman (ash-shalaatu mi’rajul mu’miniin), dan dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar (inna shalaata ‘anil fakhsyaa-I wal munkar).

Para nabi dan orang-orang yang salih memiliki kecerdasan qalbiah melalui cara pensucian jiwa (tazkiyah al-nafs) dan latihan-latihan spiritual (al-riyadha). Dengan demikian untuk mendapatkan bentuk kecerdasan ini tidak hanya berpangku tangan tetapi harus diusahakan secara istiqamah dengan mensucikan diri dari hal-hal yang haram dan dilarang Allah dan Rasul-Nya, serta membiasakan diri dengan latihan-latihan spiritual, banyak membaca baik ayat-ayat Qauliah dengan merenungkan maknanya dan merefleksikan dalam tindak-tanduk perbuatan sehari-hari, maupun ayat-ayat Kauniyah yang ada di alam semesta untuk dikaji dengan penelitian-penelitian sebagai dasar mengembangkan kehidupan yang bermakna.

Tidak ada komentar: