Senyuman kehidupan

Jumat, Mei 23, 2008

Musibah itu berupa azab atau ujian?

Musibah itu berupa azab atau ujian?
Imam mawardi Rz

“Sesungguhnya, ada kalanya Allah telah menyediakan suatu derajat bagi seseorang, tetapi tidak dapat dicapai dengan amalannya, sehingga diuji dengan musibah yang menimpah jasmaninya. Maka tercapailah derajat dengan itu” (Al-Hadits)

Musibah sebuah istilah yang disandarkan pada keadaan yang tidak mengenakkan, menyakitkan dan sejenisnya pada diri kita akibat suatu peristiwa yang ditimbulkan oleh perbuatan kita sendiri atau peristiwa lain di luar nalar yang menimpa diri kita sehingga hati menjadi susah. Banyak orang yang berlebihan mendefinisikan musibah, tidak punya duit dikatakan musibah, sundulan anak (anak masih kecil istri melahirkan lagi) dikatakan musibah, dan lain sebagainya. Bagi seorang muslim, musibah dikaitkan dengan pasang-surutnya iman. Kalau sekarang misalnya tidak pernah mengamalkan membaca Al-Qur’an habis shalat sedangkan dulu selalu mendawamkannya, ini baru musibah. Kalau dulu ketika mahasiswa selalu puasa sunnah senin-kamis, sekarang setelah menjadi pejabat tidak lagi melakukannya, ini juga musibah. Namun secara umum--menurut Budi Handrianto-- musibah adalah sesuatu yang tidak mengenakkan fisik maupun hati. Misalnya ditinggal orang yang kita cintai, sakit, kehilangan harta benda atau kesempatan,dan masih banyak lagi.

Ada 2 jenis musibah dalam hidup ini, yaitu musibah yang bernama azab dan musibah yang bernama ujian. Musibah yang berupa azab adalah hukuman bagi manusia karena sebuah kemaksiatan. Contohnya perselingkuhan sepasang wanita dan pria yang ketahuan, sehingga membuat rusak rumah tangga masing-masing atau kasusnya diketahui banyak orang secara tutur tinular dari satu orang ke orang lain sehingga nama dan harga diri menjadi tercemar, kewibawannya melorot dll. Atau juga memanipulasi jabatan dengan berbuat korupsi, ketika diaudit dirinya ketahuan melakukan kecurangan akibatnya ia dipecat. Kehilangan pekerjaan bahkan dipenjara akibat korupsi maupun keluarga berantakan akibat perselingkuhan merupakan azab akibat dari perbuatan maksiatnya.

Sedangkan musibah yang berupa ujian, misalnya seorang pedagang bangkrut karena krisis, dan meninggalkan hutang yang banyak, kekayannya ludes, bahkan rumahpun ia gadaikan, kemudian ia tinggal dirumah kontrakan dan memulai proses dari awal lagi. Atau juga seorang pelajar sudah berusaha belajar dengan sungguh-sungguh dan mematuhi segala aturan sekolah, tapi tetap saja ia tidak lulus. Atau seorang suami yang sudah berusaha sedemikian rupa mengobati istrinya yang lagi sakit ke beberapa dokter dan rumah sakit, ternyata tak tertolong juga. Pedagang, pelajar, dan suami dalam contoh di atas telah mengalami musibah. Namun musibahnya bukan merupakan azab, tetapi ujian.

Dari contoh ilustrasi di atas, bahwa usaha yang kita lakukan secara benar, tidak menyimpang dari ajaran Allah dan sesuai dengan perintahNya yang kemudihan hasilnya tidak seperti yang kita kehendaki, maka musibah itu dinamakan ujian. Sebaliknya apabila yang kita lakukan sesuatu perbuatan yang melanggar perintah Allah, melakukan maksiat, korupsi dll , maka bila terjadi sesuatu dari dampak perbuatannya itu maka musibahnya berupa azab.

Hukuman azab bagi orang yang melakukan kesalahan adalah masuk akal, tapi bagaimana dengan orang yang berusaha bertindak benar, ia tetap mendapat musibah? Kalau memang harus diuji kenapa ujiannya justru setelah ia melakukan perbuatan yang diperintahkan?
Allah swt berfirman: “Apakah manusia itu mengira diri mereka dibiarkan saja mengatakan, ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi. Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka maka sesungguhnya Allah mengetahui yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahuiorang-orang yang dusta.” (al-‘ankabut: 2-3)

Ada beberapa hal mengapa manusia harus diuji. Pertama, untuk meningkatkan taraf derajat ibadah seseorang. Kedua, Allah ingin menghapus dosa seorang hamba, ketiga, karena Allah sayang kepada hambaNya.

Dengan demikian mari kita renungkan, bahwa setiap musibah baik baik yang berupa ujian maupun azab, harus mampu menjadikan kita sadar dan selalu belajar untuk selalu waspada, ikhlas dan taubat. Kedua musibah itu merupakan bentuk maha kasih Allah dan peringatan bagi orang-orang yang mampu merenungkannya. Yang berupa ujian bagaimana ia harus berusaha meningkatkan iman, dan yang berupa azab merupakan peringatan supaya menghentikan kemaksiatan dengan jalan taubat nasuha, yaitu taubat dengan sebenar-benarnya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi pada kesmpatan yang lain. Semoga kita dan kelurga diberi kekuatan iman agar mampu memahami musibah akan ujian dan dijauhkan dari musibah azab, naudzubillahi min dzalika.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

i aproud t u, succes always